Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Energi Terbarukan Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari pengolahan bahan organik yang mengandung gas metana seperti kotoran sapi

Pemanfaatan kotoran sapi sebagai biogas

Usaha pencarian dan pengembangan energi alternatif (terbarukan) non bahan bakar minyak (BBM) terus diupayakan. Hal ini untuk mengatasi persoalan krisis energi berbahan fosil (minyak bumi/BBM) yang belakangan ini jumlahnya semakin terbatas. Salah satunya adalah pemanfaatan kekayaan sumber daya peternakan Indonesia yang menyimpan potensi energi terbarukan, yakni biogas. Biogas merupakan sumber energi alternatif yang berasal dari kotoran sapi.

Sektor pertanian memiliki posisi strategis tidak hanya sebagai penghasil pangan semata, melainkan diharapkan mampu menghidupi industri pengolahan dan hasil-hasilnya. Melihat posisi tersebut, perlu adanya dukungan pemenuhan kebutuhan energi yang mencukupi dengan sistem yang terintegrasi.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK) Gunung Kidul, Yogyakarta telah memunculkan suatu sistem pertanian terintegrasi atau terpadu tersebut. Sistem Pertanian Terpadu ini berangkat dari pengembangan peternakan sapi yang menghasilkan kotoran melimpah, diolah dengan alat biogas untuk menopang kebutuhan pertanian.

Artinya, alat biogas mampu menghasilkan energi bagi kebutuhan rumah tangga petani dan olahannya. Selain itu, efluen(sampah) biogas bisa digunakan sebagai sumber pupuk organik yang dipakai untuk bercocok tanam maupun tambahan hijauan pakan ternak. “Terintegrasi berarti seperti sebuah siklus. Semua komponen dalam sistem bekerja dan menghasilkan manfaat yang memberi nilai tambah ekonomi.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari pengolahan bahan organik yang mengandung gas metana seperti kotoran sapi. Selain memadukan pertanian dan peternakan, sistem ini juga merambah pada budidaya perikanan. Ada keterkaitan antara biogas dari kotoran sapi sebagai sumber energi yang juga termanfaatkan untuk pupuk organik, dengan olahan sampah biogas untuk media budidaya ternak lain, seperti ikan.

  • Penggunaan Alat Biogas

Salah satu kunci utama dalam sistem pertanian terpadu adalah penggunaan alat pengolah kotoran sapi menjadi biogas.  Alat biogas atau sering disebut digester biogas biasanya dibuat sesuai kebutuhan di lingkup peternakan maupun pertanian yang ada. Alat biogas itu dibuat dengan ukuran nominal penampung gas diameter 3 meter (m) dan tinggi 2,4 m. Volume tersebut diasumsikan untuk menampung kotoran sapi sebanyak 9 ekor. Bahan pembuatan digestermenggunakan beton bertulang, saluran pengumpan dan efluen-nya (saluran sampah) dari pipa PVC diameter 4 inchi. Bak pengumpan dan efluen berasal dari pasangan bata batako dengan diameter 300 cm, tinggi 240 cm dan kapasitas tampungnya 15.000 liter.

  • Proses Kerja

Sistem kerja alat biogas bermula dari pengumpanan digester dilakukan dengan pengglontoran dan pengenceran kotoran sapi. Pengenceran dilakukan melalui penyampuran kotoran dengan air sehingga berbentuk lumpur. Lumpur kotoran dialirkan melalui parit yang dilengkapi jeruji pada posisi dekat lubang pemasukan digester (alat biogas) untuk memisahkan sisa pakan. Dengan adanya jeruji pemisah tersebut, sisa pakan akan tertahan sedangkan lumpurnya masuk ke dalam digester. Alat biogas akan memproses lumpur dan menghasilkan gas yang disalurkan ke perumahan dan digunakan sebagai bahan bakar kompor dan generator set (genset) berbahan bakar gas dengan kapasitas 750 watt 220 volt. 

Selain menghasilkan gas untuk listrik, sisa sampah biogas yang keluar dari pipa pembuangan dalam bentuk lumpur dapat pula dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Keduanya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik asal kandungannya sesuai yang disyaratkan. Tak hanya itu saja, dia menuturkan, sisa biogas tersebut juga bisa dipakai untuk media budidaya ikan maupun cacing (pakan ikan). Sistem pertanian terpadu berbasis biogas berupaya mengoptimalisasi pemanfaatan limbah yang terbentuk agar lebih ramah lingkungan.

  • Pengoptimalan Gas Metana dengan Filter Biogas

Terkadang hasil pengolahan kotoran sapi dari digester (alat biogas) belum menghasilkan gas CH4 alias metana (gas yang berperan untuk energi listrik maupun lainnya) secara maksimal. Hasilnya adalah energi gas untuk menghidupkan kompor maupun genset kurang optimal.

Peneliti UPT BPPTK LIPI Yogyakarta menciptakan alat optimalisasi biogas yaitu alat filter biogas. Tujuan filter adalah meningkatkan performa biogas dengan pemurnian. Spesifikasi alat ini berukuran berat 2.500 gram per paket berbentuk silinder dengan panjang antara 50-70 cm dan diameter (ukuran tengah) 10-12 cm. Filter tersebut terpisah dari digesterdan harga di pasaran sekitar Rp 1 juta per paket.

Adapun keunggulan alat filter penyerap mempunyai sifat/kemampuan multi-adsorpsi (membersihkan) semua gas pengotor biogas. Dengan penggunaan filter, kadar gas metana dalam biogas dapat meningkat sebesar 5-20 % dari kadar metana awal.

Baca Juga
© Pertanian Jaya. All rights reserved. Developed by Pertanian Jaya

Cookies Consent

This website uses cookies to offer you a better Browsing Experience. By using our website, You agree to the use of Cookies.

Learn More